LAPORAN OBSERVASI PEMILIHAN UMUM

Kata pengantar

   Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT  atas rahmat dan berkahnya. Yang mana dengan kemudahan dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas laporan hasil observasi ini.

  Adapun laporan observasi ini saya susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas mata pelajaran PKN di SMAN 1 SAGARANTEN. Terimakasih juga saya ucapkan kepada guru mata pelajaran PKN karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman saya . Dan secara khusus saya juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta do’a yang selalu mengiringi saya.
   Saya selaku penyusun sadar akan ketidak sempurnaan dan kekurangan dalam laporan ini baik dalam sistem penyusunan maupun hasil observasinya. Oleh sebab itu saya sangat berharap atas kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan pengetahuan kita bersama dan penunjang lebih baik lagi untuk laporan observasi selanjutnya
      
sagaranten, juli 2014
                                                                                                        M.rizki  abdul gani 


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .......................................................... 1

DAFTAR ISI ………………………………………………………… 2

BAB  I PENDAHULUAN ……………………………………………… 3

A.      Latar belakang ……………………………………………… 3

B.      Rumusan masalah ………………………………………….. 3

C.      Tujuan …………………………………………………….. 3



BAB II DATA HASIL OBSERVASI ……………………………………... 4

A.      Denah …………………………………………………….. 4

B.      Tata cara pemungutan suara ……………………………….. 5

C.      Tabel jumlah suara …………………………………………. 5



BAB III ANALISIS …………………………………………………… 6

A.      Analisis terhadap perolehan suara…………………………… 6

B.      Analisi terhadap orang yang tidak memilih…………………… 6

C.      Analisis terhadap surat suara yan tidak sah…………………… 9

D.     Analisis terhadap suasana di TPS…………………………….. 9



BAB IV PENUTUP………………………………………………….. 10
A.      Kesimpulan dan saran………………………………………. 10





                                       BAB I

                  PENDAHULUAN

                                                     

A.  Latar Belakang





B.   Rumusan masalah

a)      Bagaimana tatacara pemilu tahun 2014 ?



C.   Tujuan

a.      Untuk mengetahui tata cara pemilu

b.     Untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan keterampilan dalam berdemokrasi

c.      Untuk memenuhi tugas mata pelajaran PKN

Tata Cara Pemungutan Suara

1.      pemilih yang telah menerima surat undangan dating ke TPS kemudian mendaftarkan diri kepada petugas KPPS

2.      setelah mendaftarkan pemilih sulahkan menunggu antrian

3.      KPPS akan memanggil pemilih (sesuai nomor antrian) untuk menerima surat suara. Periksalah surat suara yang di berikan oleh KPPS. Jika terdapat suara yang rusak maka pemilih berhak untuk mendapatkan surat suara yang baru.

4.      Pemilih ayang telah mendapatkan surat suara, kemudian menuju bilik suara untuk melakukan pemilihan dengan cara mencoblos di surat suara.

5.      Setelah selesai memberikan surat suara, pemilih menuju kotak suara untuk memasukan surat suara ke korak suara.

6.      Kemudian pemilih menuju tempat pemberian tanda berupa tinta, sebagai penanda bahwa pemilih yang bersangkutan telah melaksanakan pemungutan suara.

7.      Pemilih yang telah selesai melakukan seluruh proses pemungutan suara di persilahkan untuk meninggalkan area tempat pemungutan suara (TPS).



C.TABEL 1.1




1.


Jumlah DPT


419




2.


Jumlah suara yang memilih


193




3.


Jumlah suara yang tidak memilih


227




4.


Jumlah suara yang tidak syah


1




5.


Jumlah suara capres no.urut 1


110







Jumlah suara capres no.urut 2


82







BAB III

ANALISIS

A. Analisis terhadap perolehan suara

Analisis perolehan suara sebagai berikut:

1.      Perolehan suara kali ini lebih baik.

2.      Perolehan suara masing_masing calon tidak mengalami permasalahan.

3.      Perolehan suara  capres nomer urut 1 lebih unggul dari pada capres nomer urut 2 di TPS ini.

B. Analisis terhadap orang yang tidak datang memilih

      factor yang menyebabkan masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilihnya secara sederhana dapat di klasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu faktor dari internal pemilih dan faktor ekternal. Faktor internal yang penulis maksud adalah alasan pemilih untuk tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan ekternal alasan tersebut datang dari luar dirinya. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini



                                      Tabel 1.2.

             Faktor Internal dan Ekternal Penyabab Pemilih Golput






1. Faktor Internal

  Tabel di atas menunjukkan tiga alasan yang datang dari individu pemilih yang mengakibatkan

mereka tidak menggunakan hak pilih. Diantaranya alasan teknis dan pekerjaan pemilih.

a. Faktor Teknis

    Faktor teknis yang penulis maksud adalah adanya kendala yang bersifat teknis yang

dialami oleh pemilih sehingga menghalanginya untuk menggunakan hak pilih. Seperti

pada saat hari pencoblosan pemilih sedang sakit, pemilih sedang ada kegiatan yang lain

serta berbagai hal lainnya yang sifatnya menyangkut pribadi pemilih. Kondisi itulah yang

secara teknis membuat pemilih tidak datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.

Faktor teknis ini dalam pemahaman dapat di klasifikasikan ke dalam dua hal yaitu

teknis mutlak dan teknis yang bisa di tolerir. Teknis mutlak adalah kendala yang serta

merta membuat pemilih tidak bisa hadir ke TPS seperti sakit yang membuat pemilih tidak

bisa keluar rumah. Sedang berada di luar kota. Kondisi yang seperti yang penulis maksud

teknis mutlak. Teknis yang dapat di tolerir adalah permasalahan yang sifatnya sederhana

yang melakat pada pribadi pemilih yang mengakibat tidak datang ke TPS. Seperti ada

keperluan keluarga, merencanakan liburan pada saat hari pemilihan. Pada kasus-kasus

seperti ini dalam pemahaman penulis pemilih masih bisa mensiasatinya, yaitu dengan

cara mendatangi TPS untuk menggunakan hak pilih terlebih dahulu baru melakukan

aktivitas atau keperluan yang bersifat pribadi. Pemilih golput yang karena alasan teknis yang tipe kedua ini cenderung tidak

mengetahui essensi dari menggunakan hak pilih, sehingga lebih mementingkan

kepentingan pribadi dari pada menggunakan pilihnya. Pemilih ideal harus mengetahui

dampak dari satu suara yang diberikan dalam pemilu. Hakikatnya suara yang diberikan

itulah yang menentukan pemimpin lima tahun mendatang. Dengan memilih pemimpin

yang baik berarti pemilih berkontribusi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik

pula.

b. Faktor Pekerjaan

  Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehari-hari pemilih. faktor pekerjaan cukup singifikan pada pada factor internal membuat pemilih untuk tidak memilih. Pemilih dalam kondisi seperti ini

dihadapkan pada dua pilihan menggunakan hak pilih yang akan mengancam berkurang

yang penghasilannya atau pergi bekerja dan tidak memilih.

2. Faktor Eksternal

Faktor ektenal faktor yang berasal dari luar yang mengakibatkan pemilih tidak menggukan

hak pilihnya dalam pemilu. Ada tiga yang masuk pada kategori ini menurut pemilih yaitu

aspek administratif, sosialisasi dan politik.

a. Faktor Administratif

Faktor adminisistratif adalah faktor yang berkaitan dengan aspek adminstrasi yang

mengakibatkan pemilih tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Diantaranya tidak terdata

sebagai pemilih, tidak mendapatkan kartu pemilihan tidak memiliki identitas

kependudukan (KTP). Hal-hal administratif seperti inilah yang membuat pemilih tidak

bisa ikut dalam pemilihan. Pemilih tidak akan bisa menggunakan hak pilih jika tidak

terdaftar sebagai pemilih.  Jika kondisi yang seperti ini terjadi maka secara otomatis masyarakat akan tergabung kedalam kategori golput.

b. Sosialisasi

Sosialisasi atau menyebarluaskan pelaksanaan pemilu di Indonesia sangat penting

dilakukan dalam rangka memenimalisir golput. Hal ini di sebabkan intensitas pemilu di

Indonesia cukup tinggi mulai dari memilih kepala desa, bupati/walikota, gubernur pemilu

legislatif dan pemilu presiden hal ini belum dimasukkan pemilihan yang lebih kecil RT/

RW.

Kondisi lain yang mendorong sosialisi sangat penting dalam upaya meningkatkan

partisipasi politik masyarakat adalah dalam setiap pemilu terutama pemilu di era reformasi

selalu diikuti oleh sebagian peserta pemilu yang berbeda. Pada Pemilu 1999 diikuti

sebanyak 48 partai politik, pada pemilu 2004 dikuti oleh 24 partai politik dan pemilu 2009

dikuti oleh 41 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal di Aceh. Kondisi ini menuntut

perlunya sosialisasi terhadap masyarakat. Permasalahan berikut yang menuntut perlunya

sosialisasi adalah mekanisme pemilihan yang berbeda antara pemilu sebelum reformasi

dengan pemilu sebelumnya. Dimana pada era orde baru hanya memilih lambang partai

sementara sekarang selian memilih lambang juga harus memilih nama salah satu calon

di pertai tersebut. Perubahan yang signifikan adalah pada pemilu 2009 dimana kita tidak

lagi mencoblos dalam memilih tetapi dengan cara menandai.

Kondisi ini semualah yang menuntu pentingnya sosialisasi dalam rangka

menyukseskan pelaksanaan pemilu dan memenimalisir angka golput dalam setiap

pemilu. Terlepas dari itu semua penduduk di Indonesia sebagai besar berada di pedesaan

maka menyebar luaskan informasi pemilu dinilai pentingi, apalagi bagi masyarakat yang jauh dari akses transportasi dan informasi, maka sosiliasi dari mulut ke mulut menjadi

faktor kunci mengurangi angka golput.

c. Faktor Politik

Faktor politik adalah alasan atau penyebab yang ditimbulkan oleh aspek politik

masyarakat tidak mau memilih. Seperti ketidak percaya dengan partai, tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak percaya bahwa pileg/pilkada akan membawa

perubahan dan perbaikan. Kondisi inilah yang mendorong masyarakat untuk tidak

menggunakan hak pilihnya.

Stigma politik itu kotor, jahat, menghalalkan segala cara dan lain sebagainya

memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap politik sehingga membuat masyarakat

enggan untuk menggunakan hak pilih. Stigma ini terbentuk karena tabiat sebagian politisi

yang masuk pada kategori politik instan. Politik dimana baru mendekati masyarakat ketika

akan ada agenda politik seperti pemilu. Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan

masyarakat pada politisi.

Faktor lain adalah para politisi yang tidak mengakar, politisi yang dekat dan

memperjuangkan aspirasi rakyat. Sebagian politisi lebih dekat dengan para petinggi

partai, dengan pemegang kekuasaan. Mereka lebih menngantungkan diri pada

pemimpinnya di bandingkan mendekatkan diri dengan konstituen atau pemilihnya. Kondisi

lain adalah tingkah laku politisi yang banyak berkonflik mulai konflik internal partai dalam

mendapatkan jabatan strategis di partai, kemudian konflik dengan politisi lain yang berbeda

partai. Konflik seperti ini menimbulkan anti pati masyarakat terhadap partai politik. Idealnya

konflik yang di tampilkan para politisi seharusnya tetap mengedepankan etika politik

(fatsoen).

Politik pragamatis yang semakin menguat, baik dikalangan politisi maupun di sebagian

masyarakat. Para politisi hanya mencari keuntungan sesaat dengan cara mendapatkan

suara rakyat. Sedangan sebagian masyarakat kita, politik dengan melakukan transaksi

semakin menjadi-jadi. Baru mau mendukung, memilih jika ada mendapatkan keutungan

materi, maka muncul ungkapan kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau sudah jadi/terpilih

mereka akan lupa janji. Kondisi-kondisi yang seperti penulis uraikan ini yang secara

politik memengaruhi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Sebagian Masyarakat

semakin tidak yakin dengan politisi. Harus diakui tidak semua politisi seperti ini, masih

banyak politisi yang baik, namun mereka yang baik tenggelam dikalahkan politisi yang

tidak baik.

C. Analisis terhadap surat suara yang tidak syah

   Surat suara yang tidak sah terjadi karena beberapa factor yaitu:

a)      Kurangnya sosialisasi dari petugas TPS dan akhirnya sang pemilih tidak mencoblos pada tempat yang benar.

b)      Tidak menuruti tata aturan mencoblos jadi surat suara itu tidak sah.

c)      Kurang menekan alat untuk mencoblos sehingga tidak terlihat bekas dari coblosan.

D. Anaslisi terhadap suasana penyelenggaraan
    Suasana penyelenggaraan di TPS ini berjalan lancar ,suasana terbebebas dari tekanan.dilaksanakan secara umum rahasia, jujur dan adil.semua tahapan berjalan demokratis procedural, transparan, dan akutanbel.dan disekitar TPS ini tidak terjadi kericuhan,suasana di TPS ini sangat tentram

BAB IV

PENUTUP



A.Kesimpulan dan saran

   Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

   Oleh karena itu penyelengaraan pemilu perlu di susun lebih bagus lagi supaya tida terjadi lagi pelanggran-pelanggran terjadi dimasa yang akan datang.Dan kita sebagai rakyat wajib mengikuti pemilu karena pemilu ini menentukan pemerintahan di Negara kita ini.

0 Response to "LAPORAN OBSERVASI PEMILIHAN UMUM"

Post a Comment

suatu kehormatan bagi kami, jika anda mau berkomentar mengenai BLOG ataupun ARTIKEL di blog ini.